Thursday, January 20, 2011

Kumis Panjang, Suara Lantang

Yak, saya bukan lagi ngomongin polisi atau Pak Raden-nya Unyil, saya lagi ngomongin tukang bubur dengan ciri-ciri di atas.

Tukang bubur saya, seorang suami, mangkal di depan kampus. Tidak seperti kebanyakan suami-suami lain, tukang bubur sudah berbelanja dari tengah mlam, memasak bubur dan beberapa lauk seperti paru goreng, gulai ati ampela atau sesederhana telor dadar saja. Sambil melayani saya yang makan bubur, dia sambil bolak-balik masak.

Lalu kucrut-kucrut, anak gadisnya yang berseragam putih abu-abu datang menyendok bubur, menuang kecap, menaburkan suwiran ayam dan meremas kerupuk, terakhir menambahkan seledri. Cantik sekali bubur ayam racikannya. Bubur ayam buat bekal sarapan di sekolah.

Lalu sang tukang bubur menyerahkan uang kembalian pada pria saya. Detik berikutnya dia tergopoh-gopoh. Mau mengantar sekolah, katanya.

Wah paginya heboh sekali, dan dia rajin banget. Kalo jadi ayah memang harus begitu ya? Apalagi jadi ibu ya?

Kumis panjang, suara lantang. Saya bukan hanya mendapat bubur, tapi mendapat pemandangan indah melihat Anda wara-wiri, merajinkan diri.

No comments: