Monday, February 22, 2010

Yang Muda, Yang Berjaya

Sebenarnya benar juga adanya yang muda yang berkarya, suka-sukalah. Pagi ini saya bagun dengan terkaget pada jam 3 pagi, mau sholat malam rasanya berat sekali badan ini, akhirnya saya putuskan doa malam saja (pertimbangannya doa malam tidak perlu mengangkat tubuh dari atas tempat tidur dan kena air wudhu yang membuat badan tersiksa kedinginan).

Tidur lagi dan saya bangun jam 4.47. Terkaget. Berusaha tenang sambil segera bersiap-siap.

Berangkat 5.30.

Di bis saya sudah mulai terkantuk seperti biasa; terbawa ayunan rem supir bis. Pemandangan di sebelah kanan saya sungguh membuat semangat, seorang anak muda usia sekitar 26-27 tahun berlari cepat sekali seperti adegan Forrest Gump dikejar teman-temannya. Saya tidak tahu target anak muda ini, sampai melihat matanya mengarah tajam ke satu patas AC (ooo..ngejar bis tho!).

Saya jadi ingat masa SMA, saat saya juga selalu mengejar-ngejar angkutan umum, karena sudah terlambat, alasan terlambatnya karena saya menunggu radio show kesukaan saya berakhir. Dangkal memang!

Melihat anak muda yang berlari itu, saya jadi mensyukuri nikmatnya menjadi muda. Badan masih sehat, kuat berlari-lari, kuat begadang sampai pagi, kuat pulang kantor hang out lagi sama teman-teman, kuat makan sop kaki kambing dua mangkok. Whoah nikmatnya jadi muda-mudi!

Renungan ini kemudian menjadi serius. Apa yang harus hilang saat usia saya memasuki usia 30 nanti? Apakah saya akan mulai kehilangan kondisi tubuh yang fit tadi, atau saya harus kehilangan gairah hura-hura? Apakah saya mulai mati perlahan?

Pemikiran menjadi lebih serius. Apa saja yang belum saya nikmati saat saya mengalami masa muda ini? Apakah saya sudah mencoba semua wahana di Dufan? Apakah semua makanan berlemak tinggi dan penuh penyakit sudah saya coba semua? Apakah saya sudah mencoba semua yang dilarang di masa tua nanti?

Bertambah serius. Apa saja yang sudah saya lakukan di masa muda saya? Cukup bermanfaatkah? Atau hanya kemampuan standar menghabiskan gaji bulanan di mal? Apa saja karya yang sudah saya buat?

Tuhan. Kenapa saya selalu berpikir panjang dan serius seperti ini? Bahkan saat hanya melihat pria usia 26 tahun berlari mengejar patas AC. Kenapa saya tidak mengagumi saja bentuk tubuh pria itu yang bidang tegap. Yang akhirnya berhasil mengejar patas AC dan menumpanginya.

Nyda: Yang muda, yang tak berdaya dengan pemikiran-pemikiran terlalu seriusnya.

Thursday, February 18, 2010

Pemerhati Wanita

Agak mengerikan memang meletakkan julukan “Pemerhati wanita” di tengah nama saya. Tetapi sejak zaman dahulu kala memang melekat sudah kebiasaan ini, bukan saja wanita, pria juga, pokoknya manusia. Pernah saya satu angkutan dengan dua anak SD laki-laki, mereka sedang main tebak-tebakan.

Permainannya begini: Pemain harus bisa menemukan kata lengkap dari inisial awal dan akhir yang diberikan lawan main. Contoh pertanyaannya sebagai berikut: Depannya “P” belakangnya “S”, nah jawabannya adalah “Parkir Gratis” dan letak kata tersebut ada di parkiran salah satu supermarket yang kita lewati. Dan, dengan muka komik, saya terbawa permainan mereka, celingak-celinguk cari kata yang sesuai inisial yang diberikan. Sungguh bodoh memang!

Kembali ke wanita, menurut saya wanita memang selalu menjadi objek menarik untuk diperhatikan. Bayangkan, mulai dari rambut, pilihan baju, aksesoris, sampai dandanan, lengkap semua. Objek saya pagi ini, mmmh menyenangkan. Cantik alami. Umurnya diperkirakan sekitar 18-19 tahun. Dan saya hanya mampu menangkap sosoknya dari kepala hingga dada, karena terhalang orang lain. Saya bisa jamin dirinya sehat. Rambut hitam panjang mengkilat dikuncir tinggi, mata bulat jernih, semakin indah dengan lengkungan alis hitam sempurna. Hidung tinggi. Bibir penuh dan sehat tanpa lip balm. Kulit coklat lembab sempurna, tidak terlalu berminyak atau kering.

Pakaian hari ini? Sempurna lagi. Dia memakai kemeja lengan pendek dari bahan katun jepang bermotif timbul dan bolong-bolong kecil, bagian leher dibuat sedikit lebih lebar dari kemeja pada umumnya. Warnanya peach. Seperti membawa pelangi seusai hujan yang mengguyur. Hah! indahnya makhluk Tuhan yang satu ini. Yang melengkapi kecantikannya adalah dia tidak bertingkah bak supermodel atau kontestan Miss Universe yang mengangkat dagu tinggi dengan pandangan mata “siapa saya, siapa kamu?”.

Dia juga terlihat tidak jijik berpegangan tangan pada besi bis bobrok ini. Matanya lincah kesana kemari. Memperhatikan orang. Dan seperti yang saya duga, dia pintar. Referensi saya bilang dia pintar, karena matanya menatap lama pada papan nama tempat kursus bahasa, menelaah satu per satu kata. Sama seperti saya saat pertama kali melihat papan tersebut. Bukan jaminan memang! Tapi saya yakin begitu.

Dua hari lalu, saya juga memperhatikan seorang wanita di angkutan. Anak SMIP. Pulang sekolah masih memakai jaket lengkap. Yang membuat saya menengok dan akhirnya memutuskan untuk memperhatikan dia lama adalah gerakannya mengelap keringat dengan tisu. Seperti putri-putri keraton. Tidak seperti saya yang mengelap dengan satu sapuan tisu, dia mengelap di titik-titik butir keringat satu per satu. Luar biasa. Setahu saya orang yang mengelap per butir seperti itu adalah orang yang sedang memakai make-up, tujuannya supaya tidak merusak make-up yang dikenakan. Masalahnya anak SMIP ini tidak sedang ber-make-up! Tuhan!

Gerak-gerik lainnya. Senyumnya jaim, tidak lepas. Matanya melirik-melirik, halus tapi mau. Dan di cuaca yang panas itu, rambutnya dibiarkan panjang terurai, dan setiap dia merasa kepanasan dia tidak mengangkatnya penuh, dia hanya mengangkat sedikit agar memberikan efek melengkung di bawah telinga. Luar biasa wanita ini. Penggoda!

Saya tahu saya cynical dan jahat. Tapi ini lebih baik daripada berpura-pura baik dan berbudi luhur tinggi. Saya tahu saya tidak cantik-cantik amat, tapi masih lebih cantik dari anak SMIP itu. Maafkan keterusterangan saya. Saya hanya lahir dengan casing rendah hati.

Tuesday, February 16, 2010

Tabiat Indonesian

Judul saya memang menunjukkan bukan sebuah karya yang baik. Sudah benar menggunakan kata tabiat, eh malah diikuti “Indonesian”, bukan “Orang Indonesia”.

Usai makan siang, saya mendapat sms dari seorang teman, isinya:
Teman: oia nyd sy bs mnta tlg ga?
Saya: kenapa?
Teman: lo sibuk ga sekarang?
Saya: Sibuk
Teman: Oh yaudah ga jadi.
Saya: “ “

Apakah percakapan di atas terbilang wajar?
Jawab saya, jelas tidak.
Saya mempraktikkan percakapan semacam itu untuk berbisara dengan senior2 saya di kantor.
“Mas, mba? Lagi sibuk ngga? Boleh saya tanya sesuatu?
Tujuannya demi menerapkan tata krama.
Tapi kalo sama teman mah hajar saja bleh! Hehe.
Nanti kalo dia ngga mau diganggu toh dia akan bilang..betul ngga?
Atau kebanyakan masih menahan diri untuk bilang?
Apakah kalian para pembaca blog saya juga begitu?
Mengecewakan.

Entah budaya apa yang merubah saya, tapi saya yang sekarang dengan tegas akan bilang tidak untuk yang tidak nyaman. Sepertinya begitu..*mulai tidak yakin sendiri hehe.
Apakah tabiat seperti ini boleh saya golongkan sebagai tabiat orang Indonesia, yang serba tidak enakan?
Mari Indonesian! Jangan cuma Say No to Drugs, “say no” juga untuk segala sesuatu yang berlabel “bukan gue banget” atau “bukan elo banget”. Mari kita bela diri bersama-sama, bebaskan. Bayangkan sudah 350 tahun kita dijajah Belanda! Another Indonesian character! Blame it on people!