Monday, November 29, 2010

No Beer for You Dear

(Asyik ya judulnya? Hehe I wish I could play guitar, bikin lagu dengan judul di atas. Ahoy!)

Kamu tahu apa obat stress buat orang-orang yang dilarang menenggak bir atau minuman beralkohol lainnya? We’re dancing. Nope.

Pertama kita akan ngomong sendiri, ngeluh ini ngeluh itu. Saat stress tidak juga hilang, lalu kita mulai buka-buka playlist. Bosan dengan tune yang sama, kita akan streaming dengerin radio, denger lagu-lagu baru, ikut menyumpah serapah saat lagunya menuturkan lirik kasar.

Jango, si internet radio, membuat saya berkhayal memiliki pacar dengan nama yang sama. Seperti apa rupanya? Nanti dulu saya sedang memikirkan bagaimana saya akan memanggilnya: Jeng? Nggo? Go? Jenggo?. Ahh ngga enak ya. Penampilannya? Jelas dia akan memakai kemeja flannel dengan dua kancing dibuka di bagian atas. Bagian lengan dilipat asal. Jeans belel sobek-sobek, sepatu boots coklat butek. Dan dia akan jemput saya pulang kantor naik motor gede, manggil saya dari kejauhan dengan “Hai beib” sambil buang sisa rokoknya menyalakan mesin motor. Haha!

Gila memang khayalan saya. Tapi mungkin efeknya jauh lebih mujarab untuk stress daripada bir atau wine di pagi hari yang bikin kita hangover sepanjang hari.
Kalau ditanya apa saya tidak penasaran dengan efek si bir? Tentu saya penasaran, tetapi sungguh saya menikmati khayalan-khayalan yang didasari keinginan saya mengenal bir lebih jauh. Halo B.I.R, kenalkan saya N.Y.D.A, pengkhayal, apakah kamu pemabuk?  senyum kecil semuaaaa!

Thursday, November 25, 2010

Ilmu Tinggi, Penyerapan dan Penerapannya

Tadi saya mendapat pemandangan yang menggelitik untuk ditulis. Seorang wanita berjilbab membawa Al-Quran dan mengkaji terjemahannya di bus. Yang menggelitik bukan aktivitasnya, tetapi caranya berpakaian. Bajunya transparan di sepanjang lengan dan longgar di bagian bawah, jadi sedikit saja bergerak atau mengangkat tangan pasti si lengan baju akan melorot hingga siku. Padahal itu termasuk bagian aurat. Saya berusaha positive thinking mungkin dia muallaf, baru belajar jadi belum tahu hukum-hukumnya.

Saya pun berpikir lebih panjang lagi, sudah bukan hal umum sepertinya orang berilmu hanya menjadikan ilmu sebagai ilmu, hakim belajar hukum tetapi ada juga yang masih menyelewengkan wewenangnya, wakil rakyat tahu hak dan kewajibannya tetapi ada juga yang melalaikannya, wanita berjilbab tahu mana yang halal dan yang tidak halal untuk diperlihatkan pada bukan muhrimnya tapi tidak bisa menetapi. Semua ilmu yang jauh-jauh dicari, mahal-mahal dibeli, susah-susah dilafalkan setiap malam hanya sekedar menjadi pengetahuan, diserap bukan untuk diterapkan.

Memang manusia tempatnya salah dan dosa, tapi bukankan selalu ada kesempatan untuk memperbaiki diri? Haaah saya jadi serius dan menggurui gitu ya disini.

Saya sendiri sebenarnya masih belum menerapkan ilmu, salah satunya ikhlas dan bersabar, tadi pagi saya dorong pengamen yang nyanyi ngga bisa diam sambil joget-joget, walhasil beberapa bagian tubuhnya seperti pantat dan tangan beberapa kali menyenggol tubuh saya. Tanpa banyak bicara pun saya dorong tubuhnya. Dia ngomel-ngomel panjang berulang kali, saya tetap dorong dan tidak mendengar satu pun perkataannya dengan jelas: diselamatkan oleh dentuman blackout dari linkin park yang liriknya sangat pas mewakili isi hati si pengamen saya rasa, simak penggalan berikut:

Fuck it, are you listening?

-berjilbab tapi masih belum bisa ngerem bicara kasar: itu saya