INTO THE WILD
It’s a damn beautiful hit movie! What should I say?
Film Into the Wild, benar-benar menguak jati diri kita sebagai manusia, yang kadang malu dan kita sembunyikan, Chris sungguh-sungguh membuat malu segala urat jiwa yang ikut menyaksikan perjalanan hidupnya selama 2 tahun. Dalam dua tahun saja if u let life lead you, you will learn about love, being exist. Bayangkan jika anda menyelesaikan studi, dengan nilai hamper sempurna, meliki keluarga yang lengkap, kenikmatan hidup, lalu darimana datangnya pikiran-pikiran untuk lepas dari segala kemapanan yang ada, berhenti terbawa arus mayoritas yang membawa kita pada paradigma baru tentang materi, benda-benda, karir! Shit! Emang shit banget nih film, benar-benar menohok langsung ke hati yang paling dalam, dimana nilai-nilai kemanusiaan dijunjung setinggi-tingginya.
Inti dari kehidupan itu sendiri sebenarnya adalah menikmati hidup, namun apa yang terjadi ketika ternyata dunia memiliki aturannya sendiri yang membuat kita menjalankannya juga dalam hidup kita, menerapkannya setiap hari, dan meyakininya bahwa itulah hakikat hidup, padahal kesalahan besar yang kita lakukan. Apa rasanya menjalani dan meyakini sesuatu yang kita jalani, walau ada sedikit celah di hati yang tidak begitu sreg. Apakah kita akan mengikuti keyakinan yang bobotnya lebih besar atau memberi kesempatan pada celah hati yang sempit itu untuk membuktikan ‘kebenaran’?
Apa rasanya bergerak tanpa tahu tahu apa tujuan dari setiap gerakan kita? Apa rasanya merasakan sedih yang bukan milik kita? Merayakan kegembiraan yang bukan kegembiraan kita? Apa rasanya guys?
Mendapat kesempatan nonton film ini merupakan salah satu kesyukuran yang gue rasakan. Berhenti sejenak dari daily dan berpikir what you have achieved and what you gonna achieve (one of my man said).
Kehausan akan arti keberadaan kita dalam universe ini, kasih sayang yang akan selalu kita kenang, kadang kematian bukan yang kita takutkan, tapi meninggalkan kenangan-kenangan yang indah justru yang menahan kita, dan saat-saat merindukan adalah saat-saat yang paling kita takutkan.
Scene-scene yang paling booming buat gue adalah saat menyaksikan bahwa Chris bukan orang yang penakut, dia tidak mendapatkan apa yang dia mau dari keluarganya, dia merasa dikhianati, tapi yang dia tampilkan justru kasih sayang dan ketulusan berbagi bukan marah-marah atau complaint sana-sini. Dia berbagi cinta dengan sesama tanpa ada batasnya. Menyentuh hati setiap orang yang dia temui selama perjalanan dua tahunnya.
Ada sesuatu yang begitu dalam melubangi hati gue, di saat-saat terakhir Chris, sepertinya dunia atau bahkan gue tidak ingin dan tidak rela orang seeprti Chris harus meninggalkan dunia ini begitu cepat, dunia yang bukan hanya menjadi tempat tinggal baginya, melainkan bagian dari eksistensi sebuah nama Chris itu sendiri.
Lalu perasaan anda akan kembali dihantam, membayangkan orang-orang yang disayang dan menyayangi Chris, begitu merindukan setiap senyum yang dia umbar, membayangkannya dalam sebuah trailer, kesakitan, kelaparan keracunan makanan. He didn’t deserve it at any level!!! Shit!
Kenapa hanya ada satu Chris dari ratusan juta umat manusia? Fiuh…mellow deh gue..
Yang paling menyakitkan dalam hidup adalah apabila orang-orang yang kita sayang tidak diketahui keberadaannya, menderita tanpa kita bisa melakukan apapun untuknya. Kenyataan bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing begitu menyakitkan karena kenyataannya kita akan melakukan apa saja demi orang tersayang.
Menonton ini membuat kita menyesuaikan waktu, saat dimana Chris memulai perjalanan hidupnya adalah saat dimana gue menginjak usia 5-7 tahun, dimana arti kehidupan masih dalam awang-awang, masih dalam genggaman orang tua.
Well, guys petualangan Chris ternyata ngga berhenti sampai di trailer, perhentian terakhir dari petualangannya di Alaska, petualangan itu masih berjalan lewat gue, dan penonton-penonton lain yang ikut meneruskan apa yang dirasakan Chris. Menjadi manusia berguna ternyata bukan menjadi sesuatu yang kita rasa berguna atau penting karena ukuran apapun tidak akan pernah akurat, kita tidak akan pernah tahu definisi dari ‘manusia berguna’ itu tanpa kehadiran manusia lain. Happiness only real when shared (Christopher Mccandles) .
Nyda Aulia 28/08/2008
It’s a damn beautiful hit movie! What should I say?
Film Into the Wild, benar-benar menguak jati diri kita sebagai manusia, yang kadang malu dan kita sembunyikan, Chris sungguh-sungguh membuat malu segala urat jiwa yang ikut menyaksikan perjalanan hidupnya selama 2 tahun. Dalam dua tahun saja if u let life lead you, you will learn about love, being exist. Bayangkan jika anda menyelesaikan studi, dengan nilai hamper sempurna, meliki keluarga yang lengkap, kenikmatan hidup, lalu darimana datangnya pikiran-pikiran untuk lepas dari segala kemapanan yang ada, berhenti terbawa arus mayoritas yang membawa kita pada paradigma baru tentang materi, benda-benda, karir! Shit! Emang shit banget nih film, benar-benar menohok langsung ke hati yang paling dalam, dimana nilai-nilai kemanusiaan dijunjung setinggi-tingginya.
Inti dari kehidupan itu sendiri sebenarnya adalah menikmati hidup, namun apa yang terjadi ketika ternyata dunia memiliki aturannya sendiri yang membuat kita menjalankannya juga dalam hidup kita, menerapkannya setiap hari, dan meyakininya bahwa itulah hakikat hidup, padahal kesalahan besar yang kita lakukan. Apa rasanya menjalani dan meyakini sesuatu yang kita jalani, walau ada sedikit celah di hati yang tidak begitu sreg. Apakah kita akan mengikuti keyakinan yang bobotnya lebih besar atau memberi kesempatan pada celah hati yang sempit itu untuk membuktikan ‘kebenaran’?
Apa rasanya bergerak tanpa tahu tahu apa tujuan dari setiap gerakan kita? Apa rasanya merasakan sedih yang bukan milik kita? Merayakan kegembiraan yang bukan kegembiraan kita? Apa rasanya guys?
Mendapat kesempatan nonton film ini merupakan salah satu kesyukuran yang gue rasakan. Berhenti sejenak dari daily dan berpikir what you have achieved and what you gonna achieve (one of my man said).
Kehausan akan arti keberadaan kita dalam universe ini, kasih sayang yang akan selalu kita kenang, kadang kematian bukan yang kita takutkan, tapi meninggalkan kenangan-kenangan yang indah justru yang menahan kita, dan saat-saat merindukan adalah saat-saat yang paling kita takutkan.
Scene-scene yang paling booming buat gue adalah saat menyaksikan bahwa Chris bukan orang yang penakut, dia tidak mendapatkan apa yang dia mau dari keluarganya, dia merasa dikhianati, tapi yang dia tampilkan justru kasih sayang dan ketulusan berbagi bukan marah-marah atau complaint sana-sini. Dia berbagi cinta dengan sesama tanpa ada batasnya. Menyentuh hati setiap orang yang dia temui selama perjalanan dua tahunnya.
Ada sesuatu yang begitu dalam melubangi hati gue, di saat-saat terakhir Chris, sepertinya dunia atau bahkan gue tidak ingin dan tidak rela orang seeprti Chris harus meninggalkan dunia ini begitu cepat, dunia yang bukan hanya menjadi tempat tinggal baginya, melainkan bagian dari eksistensi sebuah nama Chris itu sendiri.
Lalu perasaan anda akan kembali dihantam, membayangkan orang-orang yang disayang dan menyayangi Chris, begitu merindukan setiap senyum yang dia umbar, membayangkannya dalam sebuah trailer, kesakitan, kelaparan keracunan makanan. He didn’t deserve it at any level!!! Shit!
Kenapa hanya ada satu Chris dari ratusan juta umat manusia? Fiuh…mellow deh gue..
Yang paling menyakitkan dalam hidup adalah apabila orang-orang yang kita sayang tidak diketahui keberadaannya, menderita tanpa kita bisa melakukan apapun untuknya. Kenyataan bahwa setiap orang memiliki jalannya masing-masing begitu menyakitkan karena kenyataannya kita akan melakukan apa saja demi orang tersayang.
Menonton ini membuat kita menyesuaikan waktu, saat dimana Chris memulai perjalanan hidupnya adalah saat dimana gue menginjak usia 5-7 tahun, dimana arti kehidupan masih dalam awang-awang, masih dalam genggaman orang tua.
Well, guys petualangan Chris ternyata ngga berhenti sampai di trailer, perhentian terakhir dari petualangannya di Alaska, petualangan itu masih berjalan lewat gue, dan penonton-penonton lain yang ikut meneruskan apa yang dirasakan Chris. Menjadi manusia berguna ternyata bukan menjadi sesuatu yang kita rasa berguna atau penting karena ukuran apapun tidak akan pernah akurat, kita tidak akan pernah tahu definisi dari ‘manusia berguna’ itu tanpa kehadiran manusia lain. Happiness only real when shared (Christopher Mccandles) .
Nyda Aulia 28/08/2008