Sunday, January 23, 2011

Armistice: Perang Pinggiran - Jakarta

Anda tahu seperti apa rasanya gencatan senjata? Rasanya seperti ribuan mercon yang siap meledak tapi api tidak sampai-sampai ke ujung, dan mercon hanya menderita menanti dan menahan keinginan meledak.

Tidak, saya tidak sedang berbicara tentang perang. Tapi rasa hati orang. Orang-orang yang tiap hari berdiri berdesakan dan kakinya diinjak oleh sandal jepit murahan, tapi apa daya ke kantor naik taxi atau naik ojek tidak bisa. Belum lagi badan yang jadi kuyup dengan keringat dan beraroma asap knalpot atau rokok sang supir yang belingsatan.

Kaki penghuni bis hanya pasrah berdiri, mengantri dengan ratusan mobil lainnya dari pinggiran.

Kesabaran habis. Cadangan makanan di perut menipis. Muka meringis. Kami penghuni bis tidak lagi menarik, tidak lagi ingin menangis.

Thursday, January 20, 2011

Kumis Panjang, Suara Lantang

Yak, saya bukan lagi ngomongin polisi atau Pak Raden-nya Unyil, saya lagi ngomongin tukang bubur dengan ciri-ciri di atas.

Tukang bubur saya, seorang suami, mangkal di depan kampus. Tidak seperti kebanyakan suami-suami lain, tukang bubur sudah berbelanja dari tengah mlam, memasak bubur dan beberapa lauk seperti paru goreng, gulai ati ampela atau sesederhana telor dadar saja. Sambil melayani saya yang makan bubur, dia sambil bolak-balik masak.

Lalu kucrut-kucrut, anak gadisnya yang berseragam putih abu-abu datang menyendok bubur, menuang kecap, menaburkan suwiran ayam dan meremas kerupuk, terakhir menambahkan seledri. Cantik sekali bubur ayam racikannya. Bubur ayam buat bekal sarapan di sekolah.

Lalu sang tukang bubur menyerahkan uang kembalian pada pria saya. Detik berikutnya dia tergopoh-gopoh. Mau mengantar sekolah, katanya.

Wah paginya heboh sekali, dan dia rajin banget. Kalo jadi ayah memang harus begitu ya? Apalagi jadi ibu ya?

Kumis panjang, suara lantang. Saya bukan hanya mendapat bubur, tapi mendapat pemandangan indah melihat Anda wara-wiri, merajinkan diri.

Serba-serbi Nikah-nikih

Pernikahan itu isu besar bukan? Buat saya sih besar tapi bukan berarti harus dibesar-besarkan. Entah kenapa saya suka ide bule-bule yang cuma bikin backyard wedding sambil barbecue-an, bunga segar dan kerajinan tangan atau pernak-pernik vintage koleksi pribadi pun bisa menjadi pilihan dekorasi.

Jadi intinya bukan budget, tetapi kreativitas.

Ooh dan saya suka sekali gaun pendek putih untuk menikah dengan buket bunga mawar merah plus make up natural (kenapa bahasa Indonesia selalu terdengar lebih dangdut ya dari English, mawar merah = red rose *terima ajalah nyda!)

Well yang lebih seru memang kehidupan setelah menikah, serba baru, serba kikuk. Bayang-bayang saya saat menikah akan begini begitu, hemm terbuang jauh-jauh, ternyata saya pemalas luar biasa ya. Bisa ketiduran seenaknya pas orang lagi cerita. Harus ditarik-tarik untuk mandi, well daripada pasangan saya kaget, saya keluarin dikit-dikit deh aslinya saya. Hehe.

Karena saya memakai jilbab, voila! pasangan saya baru tahu wujud rambut saya dan lain-lainnya setelah tinggal bareng. Dan acara bangun pagi ada orang di samping kita memang ga seindah di pilem-pilem, kaos belel saya atau daster saya dan muke pasangan yang ngga seganteng Michael Cera (eh Cera juga ga ganteng sih tapi saya sukalah pokoknya) agak tidak mendukung acara bangun pagi seranjang itu.

Well, seperti yang selalu saya inginkan, ada cameramen yang merekam kehidupan saya (fyi: saya selalu ingin ada cameramen yang mengikuti saya kemana2 supaya saya tahu saya beneran aneh atau biasa aja, karena saya sering lupa reaksi saya sendiri :p). Mungkin dia akan perlu effort gede-gedean buat ngedit sana sini, nge-brief ini itu, hehe.

Saya baru merasakan sulitnya tinggal sendiri atau menjadi ibu rumah tangga, ngurus ini itu, apalagi dengan kantong kecil. Tapi urusan berantem-berantem, bener kata pasangan saya, argumen-argumen zaman dulu yang sering jadi panjang tak terselesaikan, sekarang jadi lebih jarang frekuensinya.

Saya juga nampaknya jadi lebih sabar, terutama kalau menyadari saya serba tidak efisien mengerjakan ini itu, alias anak omong doang. Mendingan disuruh mikir daripada disuruh kerja.

Perjalanan masih panjang ya tapi, ke depan mungkin ada kalanya pasangan saya kehabisan kesabaran, saya kehabisan kasih sayang. Dan komitmen itu memang milik berdua, begitu salah satu melepaskannya, yah akan pincang.

Jadi mari pasangan-pasangan, biasakan jaga kekompakan, mulai dari makan sepiring berdua, tidur sebantal berdua, hehe ini ide yang ngaco sih tapi lumayan banget lho untuk mengenal pasangan, jadi tahu cara dia ambil makanan, menyendok, atau jadi hafal bau rambutnya. Hehe.

Tulisan ini ngga ada kesimpulannya, dan memang sengaja saya buat ga beralur, karena memang konsepnya mau ngomong ngalur ngidul soal pernikahan saja, seperti pernikahan itu sendiri yang juga ngalor ngidul karena di dalamnya ada dua individu yang beda. So just enjoy your marriage life guys, don’t jump into a conclusion and don’t make a plot!

Wednesday, January 5, 2011

Pikiran saya = Pikiran orang, Bahagia saya = Bahagia orang

>> Yakin lo nyd? *teman saya melirik tajam

Saya selalu berpikir, orang-orang itu sama seperti saya, atau paling tidak sebagian besar orang itu seperti saya. Mereka berimajinasi. Mereka curious. Mereka wondering ini itu. Tapi kata teman-teman saya, tidak semua orang begitu. Mungkin kebetulan saya berteman sama teman-teman yang berbeda dari saya, tapi pas ditanya pria saya semalam: “Masak sih ngga ada gitu temen lo yang sealiran sama lo atau elo banget?”. Gue mikir lamaaa banget, terus menjawab: “Ga ada.” *glek.

Kayak misalnya sepanjang perjalanan satu setengah jam tadi, saya mikir kondektur bis saya dulunya kerja apa ya? Udah ganti kerjaan berapa kali ya? Soalnya tangannya keluar urat semua sampe siku, apa dia dulu kerjanya kuli? Kalo kuli kok dandy bener selera pakaiannya *mulai diskriminatif hehe. Bisa juga tukang ketik ya. Hemm.

Dan pikiran saya pun beralih.

Saat menapaki basement menuju kantor, saya mikir lagi. Orang-orang yang lagi jalan bareng saya ini apa dulunya pas kecil cita-cita untuk jalan di basement tiap hari ya? Apa mereka juga tau, dewasanya akan ngeliat security dengan perut ramping apel tiap pagi. Apa pernah terbersit pagi-pagi mereka di 10 tahun mendatang akan diisi bebauan oli dan bensin atau knalpot kendaraan?

Ohh dan yak saya ingat, ada yang ingin saya share dengan kalian pagi ini *belagak ada yg baca blog. Hobby saya kan memang stalking people life ya hehe, mungkin itu karena saking cintanya saya sama kalian awesome people! Saya suka manusia dan budayanya. Nah, dua hari lalu saya membaca blog orang-orang, orang-orang ini menurut saya GRUEEEEAT! Mereka bisa gitu ya, punya profesi banyak tapi masih fashionable juga tiap harinya, a truly multitasker indeed! Salah satunya Ms. X yang berprofesi sebagai dokter, punya toko online, aktif di kegiatan-kegiatan sosial, punya pacar, punya teman banyak banget, ikutan syuting video klip dan tiap harinya masih bisa gitu pake baju yang ribet-ribet menurut kacamata saya. Haha!

Helloooo. Nyda. *ngomong ke diri sendiri
Orang itu kan punya nilai beda2, prioritas beda2, jadi ya wajarlah kalo misalnya ada yang menomersatukan penampilan, ada yang prioritasin kebersihan. Nah, elo sendiri apa yang elo prioritasin? Hemm mikir lama. Pacar? Tetot! Sangat tidak cerdas, blog lo ini dibaca ribuan orang lho, coba pikirin jawaban lain. Prioritas gue: me time, gue harus punya waktu buat istirahat, buat nonton film, buat ngobrol sama keluarga, buat becanda sama odi, buat manja-manja sama pacar saya *yak mulai mendangdut.

Yah, intinya, apapun prioritas orang, nilai orang, make sure lo tau ukuran bahagia lo apa. Are you happy people?

-cinta banget sama pria saya *balada akan menikah maafkan